POTENSI CURAH HUJAN HARIAN TERHADAP BANJIR DI TANJUNG PRIOK DAN SEKITARNYA


POTENSI CURAH HUJAN HARIAN TERHADAP BANJIR DI TANJUNG PRIOK DAN SEKITARNYA
Oleh : Drs. Udin Nasikhudin, MM

PENDAHULUAN
Bencana Alam seperti peristiwa banjir dan longsor selalu dihubungkan dengan curah hujan yang tinggi. Sebenarnya banjir dan longsor itu terjadi tidak hanya karena faktor curah hujan yang tinggi melainkan masih banyak faktor lainnya seperti faktor daya lingkungan. Sedangkan yang menyebabkan hujan sangat lebat salah satu faktornya adalah akibat intensitas monsoon yang kuat
Indonesia mempunyai 2 musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau, biasanya datangnya musim hujan dihubungkan dengan akitivitas angin barat atau istilah ilmiahnya adalah Monsoon.
Di Indonesia dikenal dengan 2 macam monsoon, yaitu Monsoon Asia dan Monsoon Australia. Monsoon Asia berhubungan dengan musim hujan sedangkan Monsoon Australia berhubungan dengan musim kemarau.

Untuk mengetahui apa itu monsoon, perlu terlebih dahulu memahami konsep terjadi angin.
Angin adalah udara yang bergerak, angin barat adalah angin dari arah barat, sedangkan angin timur adalah angin dari arah timur. Tidak selamanya angin barat ini selalu mendatangkan hujan lebat berhari-hari. Meski tidak sepopuler badai tapi sebagian petani sudah mengenali angin barat ini, karena berkaitan pola tanam padi.

Angin Monsoon
Monsoon berkaitan dengan musim. Monsoon Dingin Asia berhubungan dengan angin baratan, yaitu angin yang berasal dari daratan Asia menuju wilayah Indonesia. Monsoon Dingin Asia membawa uap air lebih banyak dari biasanya, sehingga sebagian wilayah Indonesia bagian selatan sering banyak hujan atau saat bertepatan dengan musim hujan di Indonesia.
Monsoon merupakan suatu pola sirkulasi angin yang berhembus secara periodik (minimal 3 bulan) dan pada periode yang lain polanya akan berlawanan. Oleh masyarakat awam monsoon sering dikaitan dengan curah hujan. Tapi tidak selalu setiap ada monsoon selalu banyak hujan, hal ini tergantung kekuatan dari monsoon itu sendiri.
Seperti diketahui bahwa pergerakan matahari hanya menuju utara atau selatan dengan lintasan terpanjang hanya pada posisi 23.5 derajat LU atau LS. Itu artinya ketika matahari berada pada lintang paling utara maka matahari akan bergerak kembali menuju selatan dengan melintasi ekuator, begitu juga ketika matahari pada posisi paling selatan maka selanjutnya matahari akan bergerak menuju utara. Jika matahari berada di utara khatulistiwa, maka belahan bumi utara mempunyai suhu udara yang panas dengan tekanan udara cenderung rendah, maka pergerakan angin dari belahan bumi utara (daratan Asia) menuju belahan bumi selatan (daratan Australia), biasanya berasal dari arah barat menuju timur. Kondisi inilah yang sering dikatakan orang Angin Barat.

Pengaruh Angin Barat
Kuat atau tidaknya angin barat ditentukan oleh beberapa pemicunya yaitu: ada atau tidaknya badai tropis di perairan Australia bagian utara atau di sebelah selatan Nusa Tengara, Besar tekanan udara di daratan Asia ada atau tidaknya faktor penghambat di dekat garis ekuator Intensitas angin barat cukup kuat jika ada badai tropis di sekitar perairan Australia dan tekanan udara di daratan Asia cukup tinggi (biasanya lebih dari 1020 hpa) serta angin yang membawa masa udara dingin untuk pembentukan awan hujan tidak terhambat di sekitar daerah ekuator. Sehingga peluang hujan di Indonesia bagian selatan cenderung banyak hujan lebat. Sebaliknya jika ada yang menghambat maka hujan lebat agak berkurang. Pengaruh yang dirasakan dari kuatnya angin barat adalah hujan lebat yang terjadi berhari-hari (biasanya 2 - 3 hari). Di samping itu cuaca biasanya akan tertutup awan gelap. Akibat lainnya adalah angin yang kencang dengan kekuatan lebih 20 knot (36 km/jam)
Hujan Lebat dan Karakteristiknya
Hujan adalah tetesan air yang jatuh dari lapisan atmosfer baik yang sampai ke bumi maupun tidak. Banyaknya air hujan yang terkumpul dalam suatu tempat yang tidak menguap, meresap dan mengalir disebut “Curah Hujan” dan dinyatakan dalam satuan “milimeter”.
Curah hujan 1 milimeter artinya dalam luasan 1 meter persegi tertampung air hujan setinggi 1 milimeter atau 1 liter.
Untuk intensitas hujan per jam, mengacu pada standar Internasional (WMO) adalah sebagai berikut :
Sangat Ringan yaitu kurang 0.1 mm
Ringan yaitu 0.1 – 5.0 mm
Sedang / Normal yaitu 5.0 – 10 mm
Lebat yaitu 10 – 20 mm
Sangat Lebat yaitu lebih 20 mm

Pola hujan di Indonesia ada 3 tipe, yaitu :
Tipe Equatorial adalah tipe hujan yang tidak begitu jelas antara perbedaan musim hujan dan kemaraunya (mempunyai 2 puncak hujan)
Tipe Monsoon/Musim adalah tipe hujan yang sangat jelas perbedaan antara musim hujan dan kemarau (berbentuk “V”) Jumlah curah hujan minimum terjadi pada bulan Juni, Juli atau Agustus)
Tipe Lokal adalah tipe hujan yang mempunyai 1 puncak hujan (kebalikan dari tipe Monsoon) Jumlah curah hujan maksimum terjadi pada bulan Juni, Juli atau Agustus
Memang sangat sulit membedakan kriteria hujan lebat yang menggunakan angka dengan hujan lebat berdasarkan kerapatan hujan. Tapi hal itu dapat dilihat dari butir air yang turun. Untuk hujan lebat butir airnya berukuran di atas 0.5 mm.
Hujan lebat yang terjadi di musim penghujan dengan di musim kemarau ataupun di musim pancaroba sangat berbeda-beda. hujan lebat yang turun pada musim penghujan biasanya lebih dari 2 jam, sedangkan hujan lebat yang turun pada musim kemarau biasanya kurang dari satu jam, sedangkan pada musim pancaroba biasanya berkisar antara 1- 2 jam, hujan lebat biasa diikuti dengan hujan gerimis,

Gambar 6: Hujan Gerimis, Hujan Agak Lebat, dan Hujan Lebat

Potensi Hujan Lebat dan Banjir
Hujan lebat akan terjadi jika syarat utama terpenuhi yaitu curah hujan > 400 mm/bulan, atau 50-100 mm/24 jam atau 10-20 mm/jam. Berikut ini adalah indikator awal hujan lebat.

Sedangkan cuaca ekstrem (curah hujan lebat dan sangat lebat) dapat terjadi dengan kriteria:


Hujan lebat biasanya terjadi bila:
terjadi di saat musim penghujan dengan durasi lebih dari 2 jam dan terjadi berhari-hari
terjadi di saat musim pancaroba dengan durasi kurang lebih 1 jam
Akibat pengaruh tidak langsung dari Badai Tropis
Kekuatan dari angin barat
Minimum Curah hujan terukur 20 mm/jam atau 50 mm/hari



Pembahasan

Dari tabel distribusi curah hujan dapat dilihat jumlah curah hujan yang sering terjadi yang yaitu < 5 mm kemudian 5 – 20 mm hal ini berarti curah hujan umumnya berkriteria ringan. Curah hujan dibawah 20 mm ini kurang berpotensi untuk terjadinya banjir oleh karena itu wajar bila banjir harus diwaspadai pada kriteria curah hujan yang lebat.
Dari tabel potensi curah hujan terhadap banjir dapat dikemukakan bahwa pada bulan Januari sebesar 1,7 hal ini berarti dapat terjadi banjir antara 1- 2 kali dengan presentase hujan lebih 50 mm yang merupakan hujan lebat sebesar 8,48 % .

Pada bulan Pebruari potensi curah hujan terhadap banjir lebih besar dari pada bulan Januari yaitu 2,1 hal ini berarti dapat terjadi banjir lebih 2 kali dengan presentase hujan lebih 50 mm yang merupakan hujan lebat sebesar 10,21 %.

Pada bulan Maret potensi curah hujan terhadap banjir yaitu 0,3 yang berarti lebih kecil dari pada bulan Pebruari atau kecil kemungkinan terjadinya banjir dengan presentase hujan lebih 50 mm yang merupakan hujan lebat sebesar 2,16 %.

Pada bulan April potensi curah hujan terhadap banjir sama seperti bulan Maret yaitu 0,3 atau kecil kemungkinan terjadinya banjir dengan presentase hujan lebih 50 mm yang merupakan hujan lebat sebesar 2,54 %

Pada bulan Mei potensi curah hujan terhadap banjir yaitu 0,05 atau lebih kecil dari bulan April atau kecil kemungkinan terjadinya dengan presentase hujan lebih 50 mm yang merupakan hujan lebat sebesar 0,48 %

Pada bulan Juni potensi curah hujan terhadap banjir sama dengan bulan Mei yaitu 0,06 atau kecil kemungkinan terjadinya banjir dengan presentase hujan lebih 50 mm yang merupakan hujan lebat sebesar 0,86 %

Pada bulan Juli potensi curah hujan terhadap banjir lebih kecil dari pada bulan Juni yaitu 0,02 atau paling kecil kemungkinan terjadinya banjir dengan presentase hujan lebih 50 mm yang merupakan hujan lebat sebesar 0,34 %

Pada bulan Agustus potensi curah hujan terhadap banjir banjir lebih besar dari pada bulan Juli yaitu 0,05 atau kecil kemungkinan terjadinya banjir dengan presentase hujan lebih 50 mm yang merupakan hujan lebat sebesar 1,59 %

Pada bulan September potensi curah hujan terhadap banjir sama dengan bulan Agustus yaitu 0,1 atau kecil kemungkinan terjadinya banjir dengan presentase hujan lebih 50 mm yang merupakan hujan lebat sebesar 3,6 %

Pada bulan Oktober potensi curah hujan terhadap banjir lebih besar dari pada bulan September yaitu 0,15 atau kecil kemungkinan terjadinya banjir dengan presentase hujan lebih 50 mm yang merupakan hujan lebat sebesar 2,07 %

Pada bulan Nopember curah hujan terhadap potensi banjir lebih kecil dari pada bulan Oktober atau kecil kemungkinan terjadinya banjir dengan persentase hujan lebih 50 mm yang merupakan hujan lebat sebesar 0,86 %

Pada bulan Desember potensi curah hujan terhadap banjir lebih besar dari pada bulan Nopember yaitu 1,0 atau pada bulan Desember dapat terjadi banjir 1 kali dengan presentase hujan lebih 50 mm yang merupakan hujan lebat sebesar 7,04 %


Kesimpulan :
Curah hujan umumnya berkisar antara < 5 mm/hari dengan intensitas sangat ringan, curah hujan ini berkisar 35 – 55 persen, terbesar terjadi pada bulan Juli yaitu 55,39 % dan terendah bulan Pebruari yaitu 35,03 %,.disusul kemudian curah hujan ringan
yaitu curah hujan 5 – 20 yang berkisar antara 31 – 36 % sedangkan curah hujan lebat yaitu curah hujan lebih dari 50 mm berkisar 0,3 – 10,2 % terbesar pada bulan Pebruari yaitu 10,2 % dan terendah pada bulan Juli yaitu 0,3 %.
Dari curah hujan lebat ini dapat dilihat potensinya terhadap banjir yaitu perkalian persentase curah hujan lebat dengan hari hujan, dan didapatakan potensi hujan terbesar pa da bulan Pebruari dan terkecil pada bulan Juli .

Pengaruh Diklat dan Motivasi terhadap Kinerja


ABSTRAK


Judul tesis ”Analisis Pengaruh Diklat dan Motivasi terhadap Kinerja Pegawai di Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Wilayah II Ciputat” Oleh : Udin Nasikhudin

Responden yang diambil sesuai dengan teori Slovin sebanyak 51 orang dari jumlah pegawai seluruhnya sebanyak 106 orang. Tujuan penelitian ini menganalisis pengaruh simultan diklat dan motivasi terhadap kinerja, serta menganalisis pengaruh parsial baik diklat maupun motivasi terhadap kinerja pegawai.
Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, dengan menganalisis dan menguji hubungan dan pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat digunakan model-model kausalitik melalui analisa korelasi dan regresi dengan bantuan SPSS 10.0
Sedangkan metodologi penelitian yang digunakan yaitu penelitian deskriptif dan explanatory.
Dari hasil penelitian diperoleh hasil sebagai berikut :
1 Secara simultan pengaruh diklat dan motivasi dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap kinerja pegawai, berpengaruh kuat dan signifikan, dengan koefisien determinasi ( kontribusi ) sebesar 63.4 %. adapun sisanya sebesar 36.6 % diakibatkan oleh faktor lain.
2 Secara parsial pengaruh diklat sebagai variabel independen terhadap kinerja pegawai sebagai variabel dependen dapat berpengaruh cukup kuat, signifikan dan berprediksi positif, dengan koefisien determinasi sebesar 43.8 %.
3 Secara parsial pengaruh motivasi kerja sebagai variabel independen terhadap kinerja sebagai variabel dependen dapat berpengaruh cukup kuat, signifikan dan berprediksi positif, dengan koefisien determinasi sebesar 44.4 %.

JAKARTA SULIT TERBEBAS BANJIR


JAKARTA SULIT TERBEBAS BANJIR

Oleh : Udin Nasikhudin

Jakarta sebagai ibu kota negara yang merupakan pusatnya pusat yaitu pusat pemerintahan, pusat perdagangan, pusat pendidikan, pusat industri, pusat pariwisata dan lain-lain. Kondisi yang demikian banyak menarik penduduk dari berbagai daerah.
Dengan banyaknya migran ke Jakarta maka kompleksitas pun terjadi dari masalah sosial sampai masalah fisik wilayah.
Contoh masalah yang komplek yaitu masalah penanggulangan banjir, Jakarta sebenarnya sejak jaman Belanda sudah pernah terkena banjir namun karena penduduknya belum banyak, masalah ini belum serius.
Jakarta sekarang padat dengan penduduk, pemerintah telah berusaha untuk menanggulangi banjir namun di pihak lain sebagian masyarakat belum sadar akan bahaya banjir, sehingga banyak daerah-daerah pinggir sungai dijadikan perumahan yang mempersempit sungai dan air menjadi sulit mengalir, begitu pula kesadaran sebagian masyarakat dalam membuang sampah, sering sungai menjadi sasaran yang paling enak karena sungai merupakan daerah yang tak bertuan.
Penanggulangan banjir yang selama ini dilakukan masih sulit dibayangkan dapat mengatasinya. Lebih dari 10 anak sungai mengalir ke Jakarta. Bila dilihat dari topografi, curah hujan, dan budaya masyarakat maka penanggulangan tersebut belum seimbang dan sampai kapan Jakarta terbebas dari Banjir susah untuk di jawab. Dari hasil pengkajian curah hujan di DKI Jakarta setiap bulan pernah terjadi hujan lebat atau lebih 50 mm per hari, hal ini mengidentifikasikan bahwa banjir akan selalu mengancam DKI Jakarta dengan kemungkinan terbesar bulan Pebruari menyusul Januari dan Desember.
Banjir bagi sebagian orang merupakan bencana yang menakutkan karena bencana ini dapat terjadi setiap saat dan dapat mengakibatkan kerugian jiwa, harta dan benda.
Kejadian banjir sulit untuk dicegah, namun dapat dikendalikan dan dikurangi dampak kerugian yang diakibatkannya. Karena datangnya relatif cepat, untuk mengurangi kerugian akibat bencana tersebut perlu dipersiapkan penanganan secara cepat, tepat dan terpadu.
Untuk melaksanakan tugas tersebut diperlukan manajemen banjir. Bahaya banjir’ merupakan satu fenomena atau kejadian yang mewujudkan ancaman atau bahaya kepada manusia.
Mungkin ada sebagian masyarakat yang dari lahir sampai meninggalnya memang bertempat tinggal di daerah banjir dan sudah pasrah akan keadaan demikian.
Sebenarnya yang selama ini banjir di permasalahakan oleh masyarakat disisi lain memberi manfaat meskipun tidak seimbang dengan kerugiannya. Sebagian anak-anak melihat Banjir merupakan sarana bermain Banjir juga membawa manfaat bagi tukang becak; tukang becak mendapat keuntungan karena kebanyakan warga yang terkena banjir lebih memilih menyelamatkan dengan menaik becak agar baju dan barang-barang bawaannya tidak basah.
Para pemancing dapat memancing ikan di sekitar banjir, yang biasanya ikan dari empang atau kolam banyak yang terbawa arus banjir sehingga orang dapat mancing ikan dimana saja di daerah yang terkena banjir.
Tukang dorong kendaraan; mereka mendapat upah dari mendorong kendaraan yang mogok di tengah banjir, dan perajin rakit atau perahu yang mereka buat dapat membantu warga untuk menyelamatkan barang-barang mereka, terkadang tim SAR membeli/ menyewa perahu mereka.

PEMAHAMAN KESALAHAN DALAM PRAKIRAAN


PEMAHAMAN KESALAHAN DALAM PRAKIRAAN
Oleh : Udin Nasikhudin.

Banyak metode yang dapat digunakan untuk memprakirakan cuaca seperti : Model Arima, Marima, Regresi, Wavelet, Anfis dan Distribusi Gamma. Dari beberapa metode tadi masing-masing mempunyai kelemahan dan kelebihan. Namun demikian seorang Prakirawan tidak boleh menyerah begitu saja dengan adanya kelemahan tadi. Dalam usaha untuk menghasilkan prakiraan yang baik maka seorang prakirawan harus memperhatikan tahapan-tahapan dari mulai pengumpulan data, pengolahan, penyajian, analisis selanjutnya menyimpulkan berupa prakiraan. Data yang objektif, representatif, relevan dan up to date merupakan hal yang harus diperhatikan karena akan sangat mempengaruhi kualitas prakiraan disamping metode-metode yang telah dikemukakan tadi. Meskipun untuk menghasilkan prakiraan cuaca dengan ketelitian tinggi sulit, namun mempunyai manfaat yang besar untuk berbagai kegiatan seperti pertanian, perkebunan ,pertambangan, pariwisata dan berguna pula untuk mengantisipasi kerugian yang lebih besar sebagai akibat cuaca. Curah hujan di suatu daerah tidaklah selalu sama dengan di daerah lain, meskipun mungkin tidak begitu menyolok. Untuk beberapa daerah ada daerah yang pada akhir tahun hujannya mulai meningkat tinggi dan mencapai puncaknya dan pertengahan tahun mencapai titik terendahnya. Sebaliknya daerah lain pada akhir tahun hujannya mencapai titik terendah, sedangkan pada pertengahan tahun mencapai titik tertinggi. Disamping itu ada pula daerah-daerah yang distribusi hujannya dari bulan ke bulan tidak jauh berbeda. Distribusi curah hujan disuatu daerah dengan daerah lainnya umumnya berlainan. Distribusi curah hujan yang demikian disebut tipe hujan.
Dengan demikian prakiraan sebenarnya merupakan probabilitas dengan nilai antara 0 – 1, nilai 0 berati tidak mungkin terjadi sedangkan nilai 1 berarti pasti terjadi, oleh karena itu prakiraan cuaca tidak selamanya benar, di satu waktu prakiraan benar dan di waktu yang lain prakiraan dapat salah. Hal ini disebabkan karena prakiraan mengandung suatu kesalahan dan ketidakpastian. Jika dikatakan bahwa probabilitas terjadinya hujan tinggi maka kita dapat berharap bahwa hujan akan terjadi dan kemungkinan terjadinya hujan cukup tinggi. Namun jika dikatakan bahwa probabilitas terjadinya hujan rendah, maka kita tidak berharap terjadinya hujan.
BMKG dan Stasiun telah memberikan informasi prakiraan cuaca dan iklim. Pengguna akan percaya pada prakiraan jika yang diprakirakan lebih sering benarnya, atau dengan kata lain bahwa nilai skill - score nya tinggi.
Selain itu dalam membuat prakiraan harus memperhatikan dan menginterpretasikan :
1. Pola Tekanan
2. Pola Angin lapisan permukaan, 700 mb dan 500 mb sebagai steering level
3. Gangguan Tropis
4. Posisi ITCZ
5. Gelombang dingin Asia (indeks Surge)
6. Palung tekanan rendah
7. Citra satelit (prakiraan global)
8. Radar (prakiraan dalam skala lebih kecil)
Dari banyaknya variabel cuaca dan bersifat dinamis sehingga gambaran kondisi/pola cuaca hari ini tidak dapat digunakan untuk pertimbangan prakiraan dalam jangka waktu yang lama seperti 1 atau 2 bulan mendatang, tapi hanya untuk memprakirakan cuaca 1 – 2 hari mendatang.
Sedangkan kebutuhan masyarakat akan informasi prakiraan cuaca suatu daerah menjadi sangat penting untuk menyesuaikan kegiatannya. Perubahan cuaca yang sering terjadi mengakibatkan sulit untuk diprediksi. Banyak metode prakiraan yang digunakan namun masing-masing mempunyai kelemahan atau adanya unsur ketidakpastian, sehingga bagi para pengguna jasa harus menyadari bahwa apa yang diterima bisa saja tidak cocok, namun demikian prakiraan yang ada sangat penting untuk menentukan renana kegiatan

Contoh :
Di dalam memprakirakan banyaknya curah hujan harian kita gunakan data hujan Wilayah Tangerang tahun 1997 – 2007 maka kita dapat menggunakan perhitungan distribusi gamma yang pada dasarnya merupakan teori probabilitas. Curah Hujan Harian pada suatu range yang akan terjadi pada bulan-bulan tertentu mempunyai nilai 0 – 100 %, semakin besar nilai probabilitasnya maka kemungkinan terjadinya semakin besar.Namun bisa saja suatu waktu justru yang probabilitasnya lebih kecil yang terjadi

PELUANG HUJAN DI SERANG DAN BOGOR


PELUANG HUJAN DI SERANG DAN BOGOR

Oleh : Drs. Udin Nasikhudin




I। Pendahuluan
1,1. Latar Belakang
Pada umumnya curah hujan di Indonesia dipengaruhi oleh adanya angin barat dan angin timur. Musim hujan terjadi pada saat angin bertiup dari barat sedangkan musim kemarau terjadi pada saat angin bertiup dari timur.
Banyak metode yang dapat digunakan untuk memprakirakan cuaca seperti : Model Arima, Marima, Regresi, Wavelet, Anfis dan Distribusi Gamma. Dari beberapa metode tadi masing-masing mempunyai kelemahan dan kelebihan. Namun demikian seorang Prakirawan tidak boleh menyerah begitu saja dengan adanya kelemahan tadi. Dalam usaha untuk menghasilkan prakiraan yang baik maka seorang prakirawan harus memperhatikan tahapan-tahapan dari mulai pengumpulan data, pengolahan, penyajian, analisis selanjutnya menyimpulkan berupa prakiraan. Data yang objektif representatif, relevan dan up to date merupakan hal yang harus diperhatikan karena akan sangat mempengaruhi kualitas prakiraan disamping metode-metode yang telah dikemukakan. Meskipun untuk menghasilkan praliraan cuaca dengan ketelitian tinggi sulit, namun mempunyai manfaat yang besar untuk berbagai kegiatan seperti pertani-an,perkebunan,pertambang an, pariwisata dan berguna pula untuk mengantisipasi kerugian yang lebih besar sebagai akibat cuaca. Curah hujan disuatu daerah tidaklah selalu sama dengan di daerah lain. Begitu pula antara Serang dan Bogor meskipun mungkin tidak begitu menyolok. Untuk beberapa daerah ada daerah yang pada akhir tahun hujannya mulai meningkat tinggi dan mencapai puncaknya dan pertengahan tahun mencapai titik terendahnya. Sebaliknya daerah lain pada akhir tahun hujannya mencapai titik terendah, sedangkan pada pertengahan tahun mencapai titik tertinggi. Disamping itu ada pula daerah-daerah yang distribusi hujannya dari bulan ke bulan tidak jauh berbeda seperti DKI Jakarta. Distribusi curah hujan disuatu daerah dengan daerah lainnya umumnya berlainan. Distribusi curah hujan yang demikian disebut tipe hujan.

1.2. Tujuan
Sebagai Instansi Pemerintah BMG mempunyai tugas memberikan pelayanan publik yang salah satunya adalah pelayanan informasi cuaca dan iklim. Agar pemakai puas, diharapkan pengembangan metode prakiraan terus dilakukan sehingga mendapatkan hasil yang maksimal. Adapun tujuan pembuatan makalah ini mengapli-kasikan model prakiraan hujan bulanan dengan distribusi gamma di wilayah Serang dan Bogor
2. Data
Data yang digunakan yaitu data cu-
rah hujan dari tahun 1987 s/d 2007 untuk Serang diambil dari Stamet Serang sedangkan Bogor diambil Staklim Dermaga Bogor
3. Metodologi
Metode prakiraan sebenar nya telah banyak dilakukan oleh banyak praktisi cuaca dan iklim, namun hasilnya belum maksimal. Berdasarkan keadaan tersebut, penulis mencoba membuat prakiran dengan metode distribusi gamma yang diharapkan dapat diketahui peluang curah hujan untuk angka-angka tertentu. Penggunaan metode ini dikarenakan hujan ternyata merupakan hal yang sulit diprakirakan karena hujan ini mempunyai kemungkinan dari 0 sampai besar sekali atau bukan distribusi normal. Lain halnya dengan suhu udara yang selalu ada, serta besarannya hanya pada kisaran tertentu atau berdistribusi normal.
Di dalam teori probabilitas maka probabilitas terjadi 0 s/d 1, 0 berarti tidak mungkin terjadi sedangkan 1 pasti terjadi. Seorang pengambil keputusan seharusnya didalam merencanakan selalu mencari prababilitas dengan nilai yang besar karena ini lebih berpeluang terjadi dari pada yang nilainya lebih kecil, peluang cuaca tugas akhir ini penulis mencoba membuat prakiraan curah hujan dengan menggunakan sebaran fungsi gamma untuk menentukan peluang curah hujan. Sebaran gamma dipilih karena data yang diteliti mempunyai perbedaan nilai yang besar, mulai dari nol sampai tak terhingga. Dengan kata lain sebaran gamma dipakai untuk memprakirakan sesuatu unsur yang mempunyai distribusi dengan nilai maksimum, Menghitungr distribusi gamma dengan menggunakan persamaan dan dapat dilakukan setelah menghitung nilai dan . Dari hasil perhitungan tersebut kemudian dibuat tabel peluang hujan untuk angka-angka tertentu ( lihat tabel dalam lampiran )
4. Pembahasan
Dari hasil perhitungan ternyata peluang hujan paling besar di wilayah Serang pada bulan januari sebesar 19 % dengan curah hujan 200 – 250 mm dan 250 – 300 mm, Pebruari sebesar 22 % dengan curah hujan 250 – 300 mm, Maret sebesar 33 % dengan curah hujan 100 – 150 mm, April sebesar 30 % dengan curah hujan 100 – 150 mm, Mei sebesar 33 % dengan curah hujan 50 – 100 mm, Juni sebesar 40 % dengan curah hujan 0 – 50 mm, Juli sebesar 54 % dengan curah hujan 0- 50 mm, Agustus sebesar 64 % dengan curah hujan 0 – 50 mm, September sebesar 61 % dengan curah hujan 0 – 50 mm, Oktober sebesar 41 % dengan curah hujan 0- 50 mm, Nopember sebesar 25 % dengan curah hujan 100 – 150 mm dan Desember sebesar 24 % dengan curah hujan sebesar 100 – 150 mm dan 150 – 200 mm.
Sedangkan peluang hujan paling besar di wilayah Bogor pada bulan Januari sebesar 16 % dengan curah hujan 350 – 400 mm, Pebruari sebesar 16 % dengan curah hujan 300 – 350 mm, Maret sebesar 12 % untuk curah hujan 250 – 300 mm dan 300 – 350 mm, April sebesar 16 % untuk curah hujan 250 – 300 mm dan 300 – 350 mm, Mei sebesar 16 % untuk curah hujan 300 – 350 dan 350 – 400 mm, Juni sebesar 15 % dengan curah hujan 150 – 200 mm, Juli sebesar 18 % dengan curah hujan 50 – 100 mm, Agustus sebesar 19 % untuk curah hujan 0 – 50 mm dan 50 – 100 mm, September sebesar 16 % dengan curah hujan 50 – 100 mm, Oktober sebesar 15 % untuk curah hujan 250 – 300 mm dan 250 – 300 mm, Nopember sebesar 15 % dengan curah hujan 300 – 350 mm dan Desember sebesar 14 % untuk curah hujan 200 – 250 mm dan 250 – 300 mm.
5. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan tadi maka dapat dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.Curah hujan hanya dapat diprediksi dengan probabilitas, yang tentunya oleh penentu kebijakan akan mencari probabilitas dengan nilai yang besar.
2.Distribusi gamma merupakan metode yang cocok untuk memprediksi curah hujan karena curah hujan mempunyai distribusi tidak normal.
3.Meskipun nilai probabilitas yang lebih kecil tetapi dalam menentukan kebijakan sebaik nya juga dipertimbangkan karena bisa saja sewaktu-waktu terjadi.

6. Saran
1, Untuk prakirawan sebaiknya terus mengkaji metode-metode yang selama ini dilaku-kan mengingat memprediksi curah hujan tidak mudah.
2.Mengingat curah hujan dan Panas merupakan faktor cuaca yang paling berpengaruh terhadap aktiifitas hidup di Indonesaia maka diharapkan semua pihak baik pemerintah naupun masyarakat memperhatikan prakiraan yang dikeluarkan BMG dengan melihat probabilitasnya.

GELOMBANG LAUT


GELOMBANG LAUT

Oleh : Udin Nasikhudin *)




Pendahuluan

Ombak atau gelombang biasanya mempunyai panjang, ketinggian dan arah bergerak tidak sama antara satu dengan yang lain. Gelombang disebabkan oleh adanya gerakan angin diatas permukaan laut, dan menimbulkan gesekan air di permukaan yang seterusnya akan membentuk gelombang. Gelombang dapat dimulai dari adanya kerutan-kerutan kecil hingga menjadi ombak yang besar tinggi dan bergulung-gulung yang sebagian orang fenomena ini menakutkan.
Sebenarnya ombak itu sendiri tidak hanya disebabkan adanya gerakan di permukaan laut tetapi dapat juga karena gempa bumi didasar laut atau adanya benda yang jatuh atau gerakkan yang kuat। Berdasarkan sejarah nenek moyang kita adalah pelaut yang gemar berlayar, namun kesadaran untuk memahami seluk beluk cuaca yang menimbulkan bahaya bagi masyarakat bahari masih kurang. Kesadaran mulai meningkat seiring adanya kapal-kapal yang dilengkapi dengan peralatan meteorologi dan peralatan canggih lainnya, Sekarang Kapal dapat berlayar di laut manapun di seluruh dunia dengan dilengkapi prakiraan cuaca, arah dan kecepatan angin serta gelombang yang dapat digunakan untuk hari ini, besok dan lusa yang biasanya efektif untuk 3 hari ke depan. Komputer dapat digunakan untuk membantu seorang ahli meteorologi dalam menyiapkan prakiraan cuaca dan kondisi lautan. Prakiraan cuaca dialur pelayaran telah dapat dimanfaatkan, sehingga mereka selama dalam perjalanan akan terhindar dari badai. Dengan adanya kemajuan teknologi prakiraan menjadi lebih cepat dan tepat. Meskipun metode prakiraan baik harus di dukung oleh pengamatan cuaca dan gelombang dari armada kapal.

Kapal harus tetap memberikan data secara teratur dan akurat tentang cuaca di lautan sekitarnya. Kunci keberhasilan ini harus ditunjang oleh kemampuan pengamat yang lebih baik pula.

Perbedaan Gelombang dan Alun

Gelombang yaitu gerakan/golakan air disebabkan oleh angin yang bertiup di daerah tersebut dan pada waktu itu sedangkan Alun yaitu gerakan/golakan air yang disebabkan oleh angin yang bertiup didaerah lain, namun menjalar sampai ke daerah itu. Gelombang biasanya memindahkan energi sepanjang permukaan laut, puncaknya licin, tidak pecah, yang akan memindahkan energi tanpa gerakan lateral atau horizontal dari partikel-partikel air.
Pusat-pusat cuaca di seluruh dunia dilengkapi dengan segala fasilitasnya seperti alat-alat dan staf. Pada Angkatan Laut umumnya mempunyai staf yang ahli untuk memprakirakan kondisi gelombang lautan. Gelombang dapat melintasi lautan sebagai alun setelah angin yang bertiup berakhir. Tanpa pengamatan yang seksama dalam suatu wilayah tertentu tidak dapat dikemukakakan asal mula kondisi lautan sesungguhnya dari berbagai tempat dan kondisi angin. Oleh karena itu perlu adanya pengamatan yang seksama agar perubahan-perubahan yang akan terjadi yang diakibatkan oleh bertambahnya energi dari angin dan kawanan gelombang dapat diprakirakan secara tepat. Pengamatan gelombang dari kapal memudahkan bagi pengamat sehingga dapat meningkatkan metode untuk memprakirakan gelombang dalam berbagai kondisi. Begitu pula dengan adanya ketepatan data dan teknik yang baik maka akan dihasilkan prakiraan yang lebih tepat. Gelombang terdiri dari arah, periode dan tinggi.

Arah Gelombang

Arah gelombang yaitu arah datangnya gelombang atau alun, cara yang paling mudah untuk menentukan arah ini dengan melihat sepanjang puncak gelombang dengan menambah atau mengurangi 90º dari titik pengamatan sesuai dengan keadaan sesungguhnya.
Pada kawanan gelombang dapat dilihat pula beberapa jenis kawanan gelombang dan alun. Dalam suatu wilayah dapat terjadi gelombang lautan yang sangat panjang, kemudian terbentuk gelombang baru yang lebih pendek maka akan bertampalan. Bagi pengamat biasanya memisahkan antar gelombang yang kecil dan gelombang yang besar dan mengklasifisikannya dalam dua kawanan gelombang yang menjadi suatu kesatuan. Sebab gelombang di lautan biasanya terdiri dari berbagai macam panjang, tinggi dan periode. Kelompok gelombang ini mungkin akan bergerak 20 - 30º dari arah angin yang dominan.

Periode Gelombang

Periode gelombang yaitu waktu yang dibutuhkan gelombang untuk melewati titik tertentu dalam detik. Kenyataannya pengamat tidak mungkin dapat mengukur waktu yang dibutuhkan dari semua gelombang baik yang besar maupun yang kecil, sehingga periode gelombang hanya diukur oleh pengamat dari suatu puncak ke puncak lain yang dibentuk gelombang yang baik untuk pengukuran. Untuk itu diperlukan stopwatch dan daftar log untuk mencatat periode gelombang. Kemudian dengan menggunakan benda-benda yang mengapung seperti kotak, botol, atau buih sebagai pilihan terakhir, benda-benda ini digunakan sebagai titik acuan. Caranya yaitu dengan dengan menggunakan stopwatch, pengukuran dilakukan pada waktu benda itu berada pada puncak gelombang sampai benda itu berada pada puncak gelombang berikutnya. Jika dalam suatu pengamatan ditemukan dua atau tiga puncak gelombang yang baik maka dapat diambil rata-rata dari waktu yang dibutuhkan gelombang-gelombang ini untuk melewati benda tersebut. Hal ini akan didapat pengukuran yang lebih baik dalam menentukan periode gelombang. Sedangkan gelombang alun biasanya mempunyai periode yang lebih teratur dan lebih panjang dari pada gelombang lautan sekitarnya.

Tinggi Gelombang

Tinggi gelombang yaitu jarak vertikal dari lembah ke puncak. Seorang pengamat dengan hati-hati memperkirakan ketinggian gelombang agar dapat dihasilkan secara tepat. Namun tanpa titik acuan hasil pengukuran akan banyak kekeliruan. Pengamat di atas kapal kecil biasanya memperkirakan gelombang yang besar terlalu tinggi sedangkan pengamat diatas kapal besar memperkirakan terlalu rendah kecuali pada gelombang yang paling besar. Salah satu cara untuk meningkatkan ketepatan perkiraan ketinggian gelombang yaitu dengan memilih titik acuan tertentu yang mudah dikenal. Pada waktu kapal di pelabuhan dapat dijadikan tempat pengamatan dan apabila pengukuran dari jarak dekat dapat dilakukan dengan baik, maka pilihlah tempat yang terlindung dari pengaruh cuaca dan percikan air. Pilihlah jarak tertentu agar gelombang dapat dilihat dari samping kapal serta bandingkan dengan titik-titik lain sehingga dapat diketahui jarak dari titik tersebut. Dapat juga dengan membuat tanda tertentu pada jendela kapal. Sementara kita mengamati titik tertentu di permukaan laut yaitu garis air di kapal, agar dapat dibuat tanda-tanda lain di tiang antena atau peralatan lain. Dengan demikian kenaikan gelombang secara perlahan-lahan dapat ditandai dan tinggi gelombang dengan mudah dapat diukur. Tanda-tanda tersebut sangat diperlukan dalam mengamati keadaan laut dari segala sudut (kuadran). Tanda-tanda pada kaca kapal tersebut sering digunakan untuk menandai busur gelombang dan gelombang perempatan. Cara ini harus dilakukan dengan baik sehingga gelombang perempatan dapat dilihat dengan jelas di luar kapal. Tanda-tanda ini dapat juga digunakan untuk mengamati suatu titik tertentu. Dalam pengukuran ini harus dilakukan pada suatu titik yang tepat dan pada waktu ketinggian air laut disekitar lunas kapal
Pada waktu gelombang dari kapal pengamat terlihat naik turun dalam bentuk yang teratur dan puncak gelombang dapat terlihat jelas pada horizon, maka tinggi gelombang adalah jarak antara garis air dan mata pengamat. Tentunya banyak cara lain untuk mengukur tinggi gelombang, namun demikian cara ini dapat memperkirakan tinggi gelombang secara tepat. Agar pengukuran terjamin hasilnya, maka perlu dibandingkan pula dengan tanda-tanda lain.

Daftar Pustaka


1.US Navy Weather Reseach Facility,Sea and Swell Observation, 1966.
2.WMO, 1977, Guide to Marine Meteorological Service, WMO No.47, Geneva.
*) Penulis pernah melakukan survey Gelombang Laut di Laut Cina Selatan
Label: 1 komentar | | edit post