POTENSI CURAH HUJAN HARIAN TERHADAP BANJIR DI TANJUNG PRIOK DAN SEKITARNYA


POTENSI CURAH HUJAN HARIAN TERHADAP BANJIR DI TANJUNG PRIOK DAN SEKITARNYA
Oleh : Drs. Udin Nasikhudin, MM

PENDAHULUAN
Bencana Alam seperti peristiwa banjir dan longsor selalu dihubungkan dengan curah hujan yang tinggi. Sebenarnya banjir dan longsor itu terjadi tidak hanya karena faktor curah hujan yang tinggi melainkan masih banyak faktor lainnya seperti faktor daya lingkungan. Sedangkan yang menyebabkan hujan sangat lebat salah satu faktornya adalah akibat intensitas monsoon yang kuat
Indonesia mempunyai 2 musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau, biasanya datangnya musim hujan dihubungkan dengan akitivitas angin barat atau istilah ilmiahnya adalah Monsoon.
Di Indonesia dikenal dengan 2 macam monsoon, yaitu Monsoon Asia dan Monsoon Australia. Monsoon Asia berhubungan dengan musim hujan sedangkan Monsoon Australia berhubungan dengan musim kemarau.

Untuk mengetahui apa itu monsoon, perlu terlebih dahulu memahami konsep terjadi angin.
Angin adalah udara yang bergerak, angin barat adalah angin dari arah barat, sedangkan angin timur adalah angin dari arah timur. Tidak selamanya angin barat ini selalu mendatangkan hujan lebat berhari-hari. Meski tidak sepopuler badai tapi sebagian petani sudah mengenali angin barat ini, karena berkaitan pola tanam padi.

Angin Monsoon
Monsoon berkaitan dengan musim. Monsoon Dingin Asia berhubungan dengan angin baratan, yaitu angin yang berasal dari daratan Asia menuju wilayah Indonesia. Monsoon Dingin Asia membawa uap air lebih banyak dari biasanya, sehingga sebagian wilayah Indonesia bagian selatan sering banyak hujan atau saat bertepatan dengan musim hujan di Indonesia.
Monsoon merupakan suatu pola sirkulasi angin yang berhembus secara periodik (minimal 3 bulan) dan pada periode yang lain polanya akan berlawanan. Oleh masyarakat awam monsoon sering dikaitan dengan curah hujan. Tapi tidak selalu setiap ada monsoon selalu banyak hujan, hal ini tergantung kekuatan dari monsoon itu sendiri.
Seperti diketahui bahwa pergerakan matahari hanya menuju utara atau selatan dengan lintasan terpanjang hanya pada posisi 23.5 derajat LU atau LS. Itu artinya ketika matahari berada pada lintang paling utara maka matahari akan bergerak kembali menuju selatan dengan melintasi ekuator, begitu juga ketika matahari pada posisi paling selatan maka selanjutnya matahari akan bergerak menuju utara. Jika matahari berada di utara khatulistiwa, maka belahan bumi utara mempunyai suhu udara yang panas dengan tekanan udara cenderung rendah, maka pergerakan angin dari belahan bumi utara (daratan Asia) menuju belahan bumi selatan (daratan Australia), biasanya berasal dari arah barat menuju timur. Kondisi inilah yang sering dikatakan orang Angin Barat.

Pengaruh Angin Barat
Kuat atau tidaknya angin barat ditentukan oleh beberapa pemicunya yaitu: ada atau tidaknya badai tropis di perairan Australia bagian utara atau di sebelah selatan Nusa Tengara, Besar tekanan udara di daratan Asia ada atau tidaknya faktor penghambat di dekat garis ekuator Intensitas angin barat cukup kuat jika ada badai tropis di sekitar perairan Australia dan tekanan udara di daratan Asia cukup tinggi (biasanya lebih dari 1020 hpa) serta angin yang membawa masa udara dingin untuk pembentukan awan hujan tidak terhambat di sekitar daerah ekuator. Sehingga peluang hujan di Indonesia bagian selatan cenderung banyak hujan lebat. Sebaliknya jika ada yang menghambat maka hujan lebat agak berkurang. Pengaruh yang dirasakan dari kuatnya angin barat adalah hujan lebat yang terjadi berhari-hari (biasanya 2 - 3 hari). Di samping itu cuaca biasanya akan tertutup awan gelap. Akibat lainnya adalah angin yang kencang dengan kekuatan lebih 20 knot (36 km/jam)
Hujan Lebat dan Karakteristiknya
Hujan adalah tetesan air yang jatuh dari lapisan atmosfer baik yang sampai ke bumi maupun tidak. Banyaknya air hujan yang terkumpul dalam suatu tempat yang tidak menguap, meresap dan mengalir disebut “Curah Hujan” dan dinyatakan dalam satuan “milimeter”.
Curah hujan 1 milimeter artinya dalam luasan 1 meter persegi tertampung air hujan setinggi 1 milimeter atau 1 liter.
Untuk intensitas hujan per jam, mengacu pada standar Internasional (WMO) adalah sebagai berikut :
Sangat Ringan yaitu kurang 0.1 mm
Ringan yaitu 0.1 – 5.0 mm
Sedang / Normal yaitu 5.0 – 10 mm
Lebat yaitu 10 – 20 mm
Sangat Lebat yaitu lebih 20 mm

Pola hujan di Indonesia ada 3 tipe, yaitu :
Tipe Equatorial adalah tipe hujan yang tidak begitu jelas antara perbedaan musim hujan dan kemaraunya (mempunyai 2 puncak hujan)
Tipe Monsoon/Musim adalah tipe hujan yang sangat jelas perbedaan antara musim hujan dan kemarau (berbentuk “V”) Jumlah curah hujan minimum terjadi pada bulan Juni, Juli atau Agustus)
Tipe Lokal adalah tipe hujan yang mempunyai 1 puncak hujan (kebalikan dari tipe Monsoon) Jumlah curah hujan maksimum terjadi pada bulan Juni, Juli atau Agustus
Memang sangat sulit membedakan kriteria hujan lebat yang menggunakan angka dengan hujan lebat berdasarkan kerapatan hujan. Tapi hal itu dapat dilihat dari butir air yang turun. Untuk hujan lebat butir airnya berukuran di atas 0.5 mm.
Hujan lebat yang terjadi di musim penghujan dengan di musim kemarau ataupun di musim pancaroba sangat berbeda-beda. hujan lebat yang turun pada musim penghujan biasanya lebih dari 2 jam, sedangkan hujan lebat yang turun pada musim kemarau biasanya kurang dari satu jam, sedangkan pada musim pancaroba biasanya berkisar antara 1- 2 jam, hujan lebat biasa diikuti dengan hujan gerimis,

Gambar 6: Hujan Gerimis, Hujan Agak Lebat, dan Hujan Lebat

Potensi Hujan Lebat dan Banjir
Hujan lebat akan terjadi jika syarat utama terpenuhi yaitu curah hujan > 400 mm/bulan, atau 50-100 mm/24 jam atau 10-20 mm/jam. Berikut ini adalah indikator awal hujan lebat.

Sedangkan cuaca ekstrem (curah hujan lebat dan sangat lebat) dapat terjadi dengan kriteria:


Hujan lebat biasanya terjadi bila:
terjadi di saat musim penghujan dengan durasi lebih dari 2 jam dan terjadi berhari-hari
terjadi di saat musim pancaroba dengan durasi kurang lebih 1 jam
Akibat pengaruh tidak langsung dari Badai Tropis
Kekuatan dari angin barat
Minimum Curah hujan terukur 20 mm/jam atau 50 mm/hari



Pembahasan

Dari tabel distribusi curah hujan dapat dilihat jumlah curah hujan yang sering terjadi yang yaitu < 5 mm kemudian 5 – 20 mm hal ini berarti curah hujan umumnya berkriteria ringan. Curah hujan dibawah 20 mm ini kurang berpotensi untuk terjadinya banjir oleh karena itu wajar bila banjir harus diwaspadai pada kriteria curah hujan yang lebat.
Dari tabel potensi curah hujan terhadap banjir dapat dikemukakan bahwa pada bulan Januari sebesar 1,7 hal ini berarti dapat terjadi banjir antara 1- 2 kali dengan presentase hujan lebih 50 mm yang merupakan hujan lebat sebesar 8,48 % .

Pada bulan Pebruari potensi curah hujan terhadap banjir lebih besar dari pada bulan Januari yaitu 2,1 hal ini berarti dapat terjadi banjir lebih 2 kali dengan presentase hujan lebih 50 mm yang merupakan hujan lebat sebesar 10,21 %.

Pada bulan Maret potensi curah hujan terhadap banjir yaitu 0,3 yang berarti lebih kecil dari pada bulan Pebruari atau kecil kemungkinan terjadinya banjir dengan presentase hujan lebih 50 mm yang merupakan hujan lebat sebesar 2,16 %.

Pada bulan April potensi curah hujan terhadap banjir sama seperti bulan Maret yaitu 0,3 atau kecil kemungkinan terjadinya banjir dengan presentase hujan lebih 50 mm yang merupakan hujan lebat sebesar 2,54 %

Pada bulan Mei potensi curah hujan terhadap banjir yaitu 0,05 atau lebih kecil dari bulan April atau kecil kemungkinan terjadinya dengan presentase hujan lebih 50 mm yang merupakan hujan lebat sebesar 0,48 %

Pada bulan Juni potensi curah hujan terhadap banjir sama dengan bulan Mei yaitu 0,06 atau kecil kemungkinan terjadinya banjir dengan presentase hujan lebih 50 mm yang merupakan hujan lebat sebesar 0,86 %

Pada bulan Juli potensi curah hujan terhadap banjir lebih kecil dari pada bulan Juni yaitu 0,02 atau paling kecil kemungkinan terjadinya banjir dengan presentase hujan lebih 50 mm yang merupakan hujan lebat sebesar 0,34 %

Pada bulan Agustus potensi curah hujan terhadap banjir banjir lebih besar dari pada bulan Juli yaitu 0,05 atau kecil kemungkinan terjadinya banjir dengan presentase hujan lebih 50 mm yang merupakan hujan lebat sebesar 1,59 %

Pada bulan September potensi curah hujan terhadap banjir sama dengan bulan Agustus yaitu 0,1 atau kecil kemungkinan terjadinya banjir dengan presentase hujan lebih 50 mm yang merupakan hujan lebat sebesar 3,6 %

Pada bulan Oktober potensi curah hujan terhadap banjir lebih besar dari pada bulan September yaitu 0,15 atau kecil kemungkinan terjadinya banjir dengan presentase hujan lebih 50 mm yang merupakan hujan lebat sebesar 2,07 %

Pada bulan Nopember curah hujan terhadap potensi banjir lebih kecil dari pada bulan Oktober atau kecil kemungkinan terjadinya banjir dengan persentase hujan lebih 50 mm yang merupakan hujan lebat sebesar 0,86 %

Pada bulan Desember potensi curah hujan terhadap banjir lebih besar dari pada bulan Nopember yaitu 1,0 atau pada bulan Desember dapat terjadi banjir 1 kali dengan presentase hujan lebih 50 mm yang merupakan hujan lebat sebesar 7,04 %


Kesimpulan :
Curah hujan umumnya berkisar antara < 5 mm/hari dengan intensitas sangat ringan, curah hujan ini berkisar 35 – 55 persen, terbesar terjadi pada bulan Juli yaitu 55,39 % dan terendah bulan Pebruari yaitu 35,03 %,.disusul kemudian curah hujan ringan
yaitu curah hujan 5 – 20 yang berkisar antara 31 – 36 % sedangkan curah hujan lebat yaitu curah hujan lebih dari 50 mm berkisar 0,3 – 10,2 % terbesar pada bulan Pebruari yaitu 10,2 % dan terendah pada bulan Juli yaitu 0,3 %.
Dari curah hujan lebat ini dapat dilihat potensinya terhadap banjir yaitu perkalian persentase curah hujan lebat dengan hari hujan, dan didapatakan potensi hujan terbesar pa da bulan Pebruari dan terkecil pada bulan Juli .