ANALISIS CURAH HUJAN


ANALISIS CURAH HUJAN DI PONDOK BETUNG, CURUG DAN CENGKARENG

Oleh : Udin Nasikhudin

Curah hujan di Stasiun Pondok Betung, Curug dan Cengkareng, terlihat mempunyai pola yang sama dengan pola curah hujan jenis monsun, namun mempunyai jumlah curah hujan yang berbeda. Rata-rata jumlah curah hujan tertinggi dari ketiga stasiun terjadi pada bulan yang sama yaitu bulan Pebruari sedangkan curah hujan terendah untuk stasiun Pondok Betung terjadi pada Agustus, stasiun Curug pada bulan Juli dan stasiun Cengkareng pada bulan September.
Selama 5 tahun terlihat dua stasiun pada tahun 2006 adalah tahun terkering untuk stasiun Pondok Betung dan Cengkareng sedangkan stasiun Curug tahun terkering terjadi pada tahun 2009.
Jumlah curah hujan tahunan yang tercatat di Pondok Betung tahun 2006 adalah sebesar 1814 mm dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari sebesar 397 mm. Pada tahun 2007 tercatat jumlah curah hujan tahunan sebesar 2691 mm dengan jumlah curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Pebruari sebesar 831 mm, pada tahun 2008 tercatat jumlah curah hujan tahunan sebesar 2068 mm dengan jumlah curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Pebruari sebesar 592 mm, pada tahun 2009 tercatat jumlah curah hujan tahunan sebesar 3010 mm dengan jumlah curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Pebruari sebesar 831 mm dan pada tahun 2010 tercatat jumlah curah hujan sebesar 2911 mm dengan jumlah curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Oktober sebesar 518 mm.
Jumlah curah hujan tahunan yang tercatat di Curug tahun 2006 adalah sebesar 1755 mm dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari sebesar 315 mm. Pada tahun 2007 tercatat jumlah curah hujan tahunan sebesar 2238 mm dengan jumlah curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Pebruari sebesar 563 mm, pada tahun 2008 tercatat jumlah curah hujan tahunan sebesar 1883 mm dengan jumlah curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Pebruari sebesar 325 mm, pada tahun 2009 tercatat jumlah curah hujan tahunan sebesar 1665 mm dengan jumlah curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari sebesar 255 mm dan pada tahun 2010 tercatat jumlah curah hujan sebesar 2954 mm dengan jumlah curah hujan tertinggi terjadi pada bulan September sebesar 391 mm.
Jumlah curah hujan tahunan yang tercatat di Cengkareng tahun 2006 adalah sebesar 1261 mm dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari sebesar 283 mm. Pada tahun 2007 tercatat jumlah curah hujan tahunan sebesar 1774 mm dengan jumlah curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Pebruari sebesar 545 mm, pada tahun 2008 tercatat jumlah curah hujan tahunan sebesar 1986 mm dengan jumlah curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Pebruari sebesar 828 mm, pada tahun 2009 tercatat jumlah curah hujan tahunan sebesar 1717 mm dengan jumlah curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari sebesar 587 mm dan pada tahun 2010 tercatat jumlah curah hujan sebesar 2256 mm dengan jumlah curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari sebesar 442 mm.
Dari kejadian hujan tersebut setelah dibandingkan dengan normalnya maka diketahui sifat curah hujan pada tahun 2006 untuk ketiga stasiun pengamatan adalah dibawah normal, tahun 2007 stasiun Pondok Betung adalah diatas normal sedang stasiun Curug dan Cengkareng Normal, tahun 2008 stasiun Pondok Betung dan Curug adalah normal sedang stasiun Cengkareng adalah atas normal, tahun 2009 stsiun Pondok Betung adalah atas normal staiun Curug adalah bawah normal dan stasiun Cengkareng adalah normal tahun 2010 ketiga stasiun pengamatan adalah atas normal. Normal curah hujan suatu daerah adalah rata-rata curah hujan di daerah tersebut selama minimal 30 tahun. Untuk daerah Pondok Betung besarnya 2329 mm, Curug besarnya 2191 mm dan untuk Cengkareng besarnya 1668 mm. Pada bulan Pebruari tahun tahun 2007 di DKI Jakarta dan sekitarnya terjadi banjir besar dan terlihat curah hujan bulan tersebut di ketiga stasiun curah hujan tertinggi.
Hari Hujan
Rata-rata hari hujan selama 5 tahun terlihat pada ketiga stasiun terbanyak pada bulan Pebruari dan tersedikit pada bulan Agustus untuk stasiun Pondok Betung dan Cengkareng sedangkan stasiun Curug pada bulan Juli.
Jumlah hari hujan yang tercatat di Pondok Betung tahun 2006 adalah terbanyak 28 hari yang terjadi pada bulan Januari dan tersedikit 1 hari yang terjadi pada bulan Agustus, September dan Oktober, tahun 2007 terbanyak 27 hari yang terjadi pada bulan Desember dan tersedikit 3 hari yang terjadi pada bulan September, tahun 2008 terbanyak 24 hari yang terjadi pada bulan Desember dan tersedikit 1 hari yang terjadi pada bulan Juli, tahun 2009 terbanyak 24 hari terjadi bulan Januari, Maret, Mei, Juli, Agustus, Oktober dan Desember dan tersedikit 21 hari yang terjadi pada bulan April, September dan Nopember, tahun 2010 terbanyak 24 hari yang terjadi bulan Desember dan tersedikit 13 hari yang terjadi bulan April.
Jumlah hari hujan yang tercatat di Curug tahun 2006 adalah terbanyak 27 hari yang terjadi pada bulan Desember dan tersedikit 2 hari yang terjadi pada bulan September, tahun 2007 terbanyak 26 hari yang terjadi pada bulan Desember dan tersedikit 3 hari yang terjadi pada bulan September, tahun 2008 terbanyak 27 hari yang terjadi pada bulan Desember dan tersedikit 1 hari yang terjadi pada bulan Juli, tahun 2009 terbanyak 25 hari terjadi bulan Januari dan tersedikit 3 hari yang terjadi pada bulan September, tahun 2010 terbanyak 26 hari yang terjadi bulan September dan tersedikit 9 hari yang terjadi bulan April.
Jumlah hari hujan yang tercatat di Cengkareng tahun 2006 adalah terbanyak 24 hari yang terjadi pada bulan Januari dan tersedikit 0 hari yang terjadi pada bulan September, tahun 2007 terbanyak 20 hari yang terjadi pada bulan Desember dan tersedikit 2 hari yang terjadi pada bulan September, tahun 2008 terbanyak 29 hari yang terjadi pada bulan Pebruari dan tersedikit 1 hari yang terjadi pada bulan Juli, tahun 2009 terbanyak 23 hari terjadi bulan Januari dan tersedikit 3 hari yang terjadi pada bulan Agustus dan September, tahun 2010 terbanyak 23 hari yang terjadi bulan Desember dan tersedikit 6 hari yang terjadi bulan April.

DO’A PERINGATAN HUT KEMERDEKAAN RI


DO’A PERINGATAN HUT KEMERDEKAAN RI

BISMILLAH HIROHMAN NIROKHIM

ALHAMDULILLAHI ROBBIL’ALAMIN, WASH SHOLATU WASSALAMU’ALA ASROFIL AMBIYAAI WAL MURSALIN WA'ALA ALIHI WASHOHBIHI AJMA’IN

Ya Allah, Ya Tuhan Yang Maha Esa

Pada saat ini kami memperingati Hari Kemerdekaan bangsa kami yang ke-66, Kami sadar sepenuhnya nikmat kemerdekaan ini adalah karena rahmat karunia dan inayah-Mu. Semoga Negara dan Bangsa Indonesia selalu dalam ridho-Mu

Ya Allah, Ya Tuhan Yang Maha Kuasa

Dengan kebesaran dan keagungan asma-Mu, Limpahkanlah kebesaran dan kejayaan kepada Bangsa dan Tanah air kami, teguhkanlah iman dan keyakinan kami.

Ya Allah, Ya Tuhan Kami

Bimbiglah dan berilah kami petunjuk untuk membangun masyarakat dan negara kami berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Daasar 1945, untuk mewujudkan keamanan dan kemakmuran serta kesejahteraan lahir dan batin bagi seluruh rakyat kami dalam naungan ridho-Mu.

Ya Allah, Ya Tuhan Kami

Tunjukkanlah kepada para pemimpin kami, kepada rakyat dan bangsa kami jalan yang benar, agar kami dapat melalui dengan sinar kebesaran-Mu dan perlihatkan kepada kami jalan yang salah agar kami dapat menghindarinya dengan kesadaran dan penuh keinsyafan.

Ya Allah, Ya Tuhan Kami

Tingkatkan rasa kebangsaan dan kebersamaan kami untuk membangun Indonesia yang bersatu, aman adil, demokratis dan sejahtera. Teguh dan kokohkan persatuan dan kesatuan bangsa kami, mantapkan stabilitas dan ketahanan nasional kami, bimbinglah kami ya Allah dalam melaksanakan pembangunan nasional kami.

Ya Allah, Ya Tuhan Kami

Hindarkanlah negara dan bangsa kami dari azab dan bencana berkat perlindungan dan pertolongan-Mu Ya Allah, dan berikan kepada kami ketabahan dalam menerima cobaan-Mu

Ya Allah, Ya Tuhan Kami

Terimalah do’a dan ampunilah doa kami, Engkau maha Mendengar dan Maha Mengetahui, Amin

ROBBANA ATINA FIDUNNYA HASANAH WAFIL AKHIROTI HASANAH WAQINA ADZA BANNAR, SUBHANA ROBBIL IZZATI ’AMMA YASHIFUN WASALAAMUN ’ALAL MURSALIN WAL HAMDULIILAHI ROBBIL ’ALAMIN

ANALISIS HUBUNGAN PENYINARAN MATAHARI DAN SUHU UDARA DENGAN KELEMBABAN UDARA DI TANGERANG






1. Pendahulauan
1.1 Penyinaran Matahari
Matahari adalah sumber panas bagi bumi. Walaupun bumi sudah memiliki panas sendiri yang berasal dari dalam, panas bumi lebih kecil artinya dibandingkan dengan panas matahari. Panas matahari mencapai 60 gram kalori/cm2, tiap jam, sedangkan panas bumi hanya mencapai 55 gram/cm2 tiap tahunnya. Besarnya sinar matahari yang mencapai bumi hanya sekitar 43% dari keseluruhan sinar yang menuju bumi dan >50% lainnya dipantulkan kembali ke angkasa. Panas bumi sangat tergantung kepada banyaknya panas yang berasal dari matahari ke bumi. Perbedaan temperatur di bumi dipengaruhi oleh letak lintang dan bentuk keadaan alamnya. Indonesia termasuk wilayah beriklim tropis karena terletak pada lintang antara 6°08′ LU dan 11°15′ LS, ini terbukti
di seluruh wilayah Indonesia menerima rata-rata waktu penyinaran matahari cukup banyak. Panas matahari yang sampai ke permukaan bumi sebagian dipantulkan kembali, sebagian lagi diserap oleh udara, awan, dan segala sesuatu di permukaan bumi. Banyak sedikitnya sinar matahari yang diterima oleh bumi. Selain itu lamanya penyinaran matahari pada suatu tempat tergantung dari letak garis lintangnya, semakin rendah letak garis lintangnya maka semakin lama daerah tersebut mendapatkan sinar matahari dan suhu udaranya semakin tinggi., sebaliknya semakin tinggi letak garis lintang maka intensitas penyinaran matahari semakin kecil sehingga suhu udaranya semakin rendah. Alat untuk mengukur lamanya penyinaran matahari disebut Campbell Stoke.
1.2. Suhu Udara
Variasi Harian Suhu Permukaan Selama 24 jam, suhu udara selalu mengalami perubahan-perubahan. Di atas lautan perubahan suhu berlangsung lebih banyak perlahan-lahan daripada di atas daratan. Variasi suhu pada permukaan laut kurang dari 1°C, dan dalam keadaan tenang variasi suhu udara dekat laut hampir sama. Sebaliknya diatas daerah pedalaman continental dan padang pasir perubahan suhu udara permukaan antara siang dan malam mencapai 20°C. Sedangkan pada daerah pantai
variasinya tergantung dari arah angin yang bertiup. Variasinya besar bila
angin bertiup dari atas daratan dan sebaliknya.
Alat pengukur suhu disebut termometer. Termometer dibuat dengan mendasarkan sifat-sifat fisik dari suatu zat (bahan), misalnya pengembangan benda padat, benda cair, gas dan juga sifat merubahnya tahanan listrik terhadap suhu. Ada beberapa termometer pengukur udara, antara lain:Termometer Bola Basah dan Bola Kering.Termometer Maksimum dan Termometer Minimum.

1.3. Kelembapan Udara
Kelembaban udara adalah tingkat kebasahan udara karena dalam udara air selalu terkandung dalam bentuk uap air. Kandungan uap air dalam udara hangat lebih banyak daripada kandungan uap air dalam udara dingin. Kalau udara banyak mengandung uap air didinginkan maka suhunya turun dan udara tidak dapat menahan lagi uap air sebanyak itu. Uap air berubah menjadi titik-titik air. Udara yan mengandung uap air sebanyak yang dapat dikandungnya disebut udara jenuh. Macam-macam kelembaban udara sebagai berikut :
Kelembaban relatif / Nisbi yaitu perbandingan jumlah uap air di udara dengan yang terkandung di udara pada suhu yang sama. Misalnya pada suhu 270C, udara tiap-tiap 1 m3 maksimal dapat memuat 25 gram uap air pada suhu yang sama ada 20 gram uap air,maka lembab udara pada waktu itu sama dengan 20/ 25 x 100 % = 80 %.
Kelembaban absolut / mutlak yaitu banyaknya uap air dalam gram pada 1 m3.
Alat untuk mengukur kelembaban udara disebut Psikrometer Standar.
1.4. Tujuan
Untuk mengetahui hubungan suhu udara dan lamanya penyinaran matahari dengan kelembaban udara di Tangerang
2. Data
Data yang digunakan adalah data sampel suhu udara rata-rata, lamanya penyinaran matahari. Kelembaban udara dan dari tanggal 1 sampai 31 pada bulan Mei tahun 2010 di Stasiun Geofisika Tangerang.
3. Metodologi
Metode yang digunakan yaitu metode deskriptif analitis, untuk menghitung korelasi, regresi serta uji hipotesis dengan menggunakan Software SPSS 10.
4. Tinjauan Pustaka
4.1. Analisa Korelasi
Para ahli sering menggunakan analisis korelasi untuk mengetahui erat-tidaknya hubungan antar variabel. Apabila ternyata hasil analisis menunjukkan hubungan cukup erat, maka analisis dilanjutkan ke analisis regresi sebagai alat meramalkan (forecasting) yang sangat berguna untuk perencanaan. Analisis korelasi yang mencakup dua variabel X dan Y disebut analisis korelasi linear sederhana (simple linear correlation), sedangkan yang mencakup lebih dari dua variabel disebut analisis korelasi linear berganda (multiple linear correlation) rumus statistika Koefisien Korelasi Product Moment dari Pearson, sebagai berikut:

Dimana:
: Koefisien korelasi
n : Banyaknya subjek
X : Variabel X
Y : Variabel Y
Dengan nilai koefisien korelasi – 1 sd 1 semakin mendekati 1 atau -1 semakin kuat sebaliknya semakin mendekati 0 semakin lemah.
4.2. Regresi Linear Sederhana
Regresi linier sederhana merupakan suatu model analisis statistik yang mempelajari pengaruh antara dua variable. Dalam analisis regresi, dikenal dua jenis variable yaitu :
a. Variabel respon disebut juga variable dependent yaitu variable yang keberadaannya dipengaruhi oleh variabel lainnya dan dinotasikan dengan Y.
b. Variable predictor disebut juga variable independent yaitu variable yang bebas (tidak dipengaruhi oleh variable lainnya) dan dinotasikan dengan X.
Dalam regresi akan dikembangkan sebuah persamaan regresi yaitu formula matematika yang mencari nilai variabel terkait dari nilai variabel bebas yang diketahui Analisis regresi terutama digunakan untuk tujuan peramalan.
Dalam prakteknya regresi sering dibedakan antara regresi sederhana dan regresi berganda. Disebut regresi sederhana jika hanya ada satu variabel bebas, sedangkan regresi berganda jika ada lebih dari satu variabel bebas.
4.3. Regresi Linaer Berganda
Regresi linear berganda adalah metode analisis yang tepat dipergunakan jika masalah penelitian (research problem) melibatkan satu variable tergantung (dependent) Y yang dipengaruhi oleh lebih dari satu variable bebas (independent).
Tujuan metode regresi ini adalah untuk memperkirakan atau meramalkan nilai Y, jika semua variable X sudah diketahui nilainya, dengan menggunakan persamaan regresi linear berganda yang dibentuk dengan menggunakan metode kuadrat terkecil (least square method). Di samping itu, tujuannya adalah untuk mengetahui besarnya pengaruh setiap variable bebas yang terdapat dalam persamaan.
Manfaat analisis Regresi Linear Berganda antara lain:
a. Untuk mengetahui besarnya pengaruh dari setiap variable bebas terhadap variable tidak bebas, jika variable bebas tersebut naik satu unit, dan variable lainnya tetap dengan menggunakan regresi parsial
b. Dapat meramalkan nilai variable tak bebas Y, jika seluruh variable bebasnya sudah di ketahui nilainya dan semua koeefisien regresi parsial sudah dihitung.
Untuk menguji hubungan variabel-variabel regresi, dapat dilakukan beberapa tahapan:
1. Model umum regresi linear sederhana

2. Regresi Linear Beganda
Regresi linear berganda merupakan generelisasi dari regresi linear sedehana.


Dimana: α adalah parameter intercept
β adalah parameter slope
ε adalah residul yang merupakan variabel
0 dan berdistribusi normal
5. Pembahasan
5.1. Deskriptif Data
Dari hasil perhitungan SPSS didapatkan pada bulan Mei 2010 di Stasiun Geofisika Tangerang suhu rata-rata terendah 26.7 0C dan tertinggi 31.10C dengan rata-rata sebesar 28,6 0C , lamanya penyinaran matahari terendah 10 % dan tertinggi 99 % dengan rata-rata sebesar 66.5 % dan kelembaban udara terendah 61 % dan tertinggi 92 % dengan rata-rata sebesar 79.8 %
5.1.1. Analisa Korelasi Sederhana
Dari hasil perhitungan SPSS didapatkan hubungan suhu udara dengan kelembaban udara = -0.811 hal ini berarti mempunyai hubungan kuat negative atau semakin tinggi suhu udara maka kelembaban semakin rendah sebaliknya semakin rendah suhu udara maka kelembaban udara semakin tinggi dengan R2 = 0.657 atau kontribusi suhu udara terhadap kelembaban udara sebesar 65.7 % sedangkan hasil regresi sederhana dari hasil perhitungan SPSS didapatkan :
Y’ = 232.53 - 5.35 X
Y’ = Prediksi Kelembaban Udara
X = Suhu udara
hal ini berarti bila suhu udara naik satu satuan maka kelembaban udara turun 5.35 satuan dengan konstanta 232.53. Adapun dari hasil perhitungan SPSS didapatkan hubungan penyinaran matahari dengan kelembaban udara = -0.598 hal ini berarti mempunyai hubungan cukup kuat negatif atau semakin lama penyinaran matahari maka kelembaban semakin rendah hal ini dapat dimengerti karena semakin lama penyinran matahari maka berarti suhu udara semakin suhu udara tinggi dengan R2 = 0.357 atau kontribusi penyinaran matahari terhadap kelembaban udara sebesar 35.7 % sedangkan dari hasil perhitungan SPSS didapatkan :
Y’ = 89.36 – 0.148 X
Y’ = Prediksi Kelembaban Udara
X = Lamanya Penyinaran Matahari
hal ini berarti bila penyinaran matahari semakin lama yang berakibat suhu udara naik maka kelembaban udara turun 0.148 satuan dengan konstanta 89.36.

5.1.2 Analisa Korelasi Linear Berganda
5.1.2. Analisa Korelasi Linear Berganda
Dari hasil SPSS korelasi linear berganda hubungan suhu udara dan lamanya penyinaran matahari dengan kelembaban udara didapatkan = - 0.821 hal ini berarti mempunyai hubungan kuat negatif dengan R2 = 0.674 atau kontribusi suhu udara dan lamanya penyinaran matahari terhadap kelembaban udara sebesar 67.4 % sisanya sebesar 32.6 % diakibatkan faktor lain
5.1.3. Analisa Regresi berganda
Pada regresi linear dua atau lebih variable independent, ada beberapa uji yang harus dilakukan disamping uji koefisien dan kelinearan. Uji tersebut adalah uji autokorelasi dan uji kolinieritas. Dari hasil uji autokeralsi Durbin Watson (DW) didapatkan angka DW>2.79, hal ini berarti terjadi autokorelasi sedangkan pada uji kolinearitas didapatkan nilai korelasi dua variabel independent cukup kuat, hal ini berarti terjadi kolinearitas maka penggunaan regresi linear berganda tersebut tidak dapat dilanjutkan untuk mengukur pengaruh suhu udara dan lamanya penyinaran matahari dengan kelembaban udara di Tangerang

Kesimpulan
1. Terdapat hubungan yang kuat antara suhu udara dengan kelembaban udara dengan = -0.811 hal ini berarti mempunyai hubungan kuat negative atau semakin tinggi suhu udara maka kelembaban semakin rendah sebaliknya semakin rendah suhu udara maka kelembaban udara semakin tinggi dengan R2 = 0.657 atau kontribusi suhu udara terhadap kelembaban udara sebesar 65.7 %
2. Terdapat hubungan yang kuat antara penyinaran matahari dengan kelembaban udara dengan = -0.598 hal ini berarti mempunyai hubungan cukup kuat negatif atau semakin lama penyinaran matahari yang berakibat suhu udara naik maka kelembaban udara semakin turun dengan R2 = 0.357 atau kontribusi penyinaran matahari terhadap kelembaban udara sebesar 35.7 %
3. Pada korelasi linear berganda didapatkan = - 0.821 hal ini berarti mempunyai hubungan kuat negatif dengan R2 = 0.674 atau kontribusi suhu udara dan lamanya penyinaran matahari terhadap kelembaban udara sebesar 67.4 % sisanya sebesar 32.6 % diakibatkan faktor lain

Daftar Pustaka
1. Cornelius Trihendradi. SPSS12
Statistik Inferen Teori Dasar &
Aplikasinya. Penerbit Andi
2. Supranto, J, 1991, Statistik Teori
dan Aplikasi Jilid II, Penerbit
Erlangga Jakarta
2. Tjasyono, Bayong HK, 2004.
Klimatologi. Penerbit ITB.
Bandung.