Pola Suhu Udara di Pinggiran dan Pusat Kota DKI Jakarta


Pola Suhu Udara di Pinggiran dan Pusat Kota DKI Jakarta
Oleh : Drs. Udin Nasikhudin, MM

1. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Iklim merupakan unsur geografis yang paling penting dalam mempengaruhi kehidupan manusia. karena sangat penting itulah, maka manusia tidak dapat menghindari dari pengaruhnya.
Undang-undang No. 24/1992 tentang penataan ruang mempertimbangkan bahwa sumber daya alam yang beraneka ragam di daratan, lautan dan udara perlu dilakukan dalam pola pembangunan yang berkelanjutan dengan mengembangkan tata ruang dalam satu kesatuan tata lingkungan yang dinamis. pertimbangan yang menyangkut pengembangan tata ruang harus bersifat dinamis sesuai dengan dinamika kehidupan yang berlangsung.
Penggunaaan tanah dalam arti ruang merupakan cerminan dari produk aktivitas kehidupan sosial ekonomi masyarakat serta interaksinya secara ruang dan waktu. Perubahan penggunaan tanah/ tutupan lahan pada umumnya terjadi karena faktor manusia dan faktor alam. Faktor alam seperti banjir, kekeringan, kebakaran hutan dan gunung meletus merupakan faktor alam yang mengakibatkan terjadinya perubahan penggunaan tanah/ tutupan lahan. Sedangkan faktor manusia seperti perubahan penduduk, ekonomi dan struktur sosial masyarakat serta kelembagaannya adalah merupakan faktor-faktor yang mengakibatkan terjadinya perubahan penggunaan tanah. Mather (1986) menyatakan bahwa pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi berimplikasi meningkatnya kegiatan masyarakat dalam pemanfaatan ruang. Berubahnya gaya hidup masyarakat akan merubah fungsi lahan yang berakibat pula pada kondisi cuaca.
Duckworth dan Sandberg (1954) berpendapat bahwa suhu udara kota lebih panas dari lingkungan sekitar, seolah-olah sebuah pulau panas yang terapung diatas media yang lebih dingin. Hal ini dapat dipahami karena lahan tidak terabangun (tanah kosong दान non urban) yang berfungsi untuk mengurangi panas dalam kota semakin langka didapatkan, disamping itu aspek cuaca lainnya seperti cuaca hujan, kelembaban udara, penyinaran matahari dan angin perlu diteliti seiring dengan adanya perubahan penggunaan tanah dan sosial ekonomi masyarakat.
1.2 Maksud dan Tujuan Penulisan.
Ingin membandingkan keadaan suhu udara dikota dan pinggiran kota tahun 1985 dan tahun 2005 serta sejauh mana hubungan suhu udara dengan penggunaan tanah dan penduduk.
1.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian meliputi keadaan suhu udara dan penduduk di Jakarta sebagai pusat kota (data cuaca/iklim dari stasiun meteorologi 745 jakarta) sedangkan pinggiran kota Jakarta Selatan (data cuaca/iklim dari stasiun klimatologi Pondok Betung Cileduk), Jakarta Timur (data cuaca/iklim dari stasiun meteorologi Halim P.k) dan Jakarta Barat (data cuaca/iklim dari stasiun meteorologi Cengkareng).
2. metode dan analisa
2.1 teori dasar
Kota mempunyai pengaruh yang sangat besar sekali terhadap lingkungan fisik. menurut pendapat Duckworth dan Sandberg (1954) suhu udara kota lebih panas dari lingkungan sekitarnya, seolah-olah sebuah pulau panas yang terapung diatas media yang dingin, suhu udara maksimum disebuah kota biasanya dicapai didaerah padat penduduk yang merupakan pusat kota, sedangkan suhu terendah atau suhu minimum dicapai ditepi kota yaitu pinggiran pulau panas tadi.
2.2 Metode
Metode yang digunakan adalah metode perbandingan suhu udara dipusat kota dan pinggiran kota tahun 1985 dan tahun 2005 serta dalam mencari hubungan antara suhu dengan penggunaan tanah dan penduduk digunakan korelasi pearson.
3. Hasil dan Pembahasan
Perbedaan suhu udara dipusat कोटाdengan pinggiran kota pada tahun 1985 sebesar 0,7C, sedangkan pada tahun 2005 sebesar 0,8C।
peningkatan suhu udara selama 20 tahun dari तहूँ 1985 sampai tahun 2005 adalah dipusat kota naik 0,9C, sedangkan dipinggiran kota naik 0,8C. bila dibandingkan dengan Los Angeles selama 60 tahun hanya naik sekitar 1,7C. hal ini dikarenakan kota di indonesia seperti DKI jakarta belum mempunyai penataan ruang yang baik yaitu terdapat taman-taman kota yang memadai, air mancur, pohon-pohon besar yang berfungsi pula untuk memperindah kota. kepadatan penduduk di pusat kota lebih padat dari pada daerah pinggiran kota देंगन sarana masyarakatnya seperti jaringan jalan, sarana transportasi dan gedung-gedung akan membuat pusat kota lebih panas.
Kalau dihitung dengan korelasi pearson maka hubungan antara penggunaan tanah (daerah tidak terbangun)dengan suhu udara sebesar = -0.849 yang berarti semakin sedikit daerah tidak terbangun maka suhu udara semakin panas sedangkan hubungan antara suhu udara dengan kepadatan penduduk sebesar = 0.568 yang berarti semakin padat penduduk, semakin panas suhu udara.
4. KESIMPULAN
4.1 Adanya kecenderungan suhu udara semakin panas dari waktu ke waktu.
4.2 Adanya perbedaan suhu udara antara pusat kota dan pinggiran kota.
4.3 Suhu banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor diantaranya penggunaan tanah/ tata ruang dan kepadatan penduduk.
5. SARAN
5.1 Untuk pemerintah, agar memperhatikan unsur-unsur cuaca dalam penataan ruang;
5.2 Untuk masyarakat, agar bersama pemerintah menjaga keseimbangan lingkungan sehingga suhu udara tidak cepat naik dari tahun ke tahun.
6. DAFTAR PUSTAKA
Karsidi, A. 2004, Spatial analysis of land Use-Land Cover Change Dynamics using remote sensing and Geografic information system, Acase study in the down stream and surrouding of the citarum watershed, PhD Disertation : Departement of Geographical and Environmental Studies The University and Environmental Studies The University of Adelaide, south Australia.
katili, J.A. 1983, Sumber Daya Alam untuk Pembangunan Nasional: Ghalia Indonesia.
peter Hall. 1980, the word Cities : World University Libraly, Mc Graw Hill Book Co, New York.
Republik Indonesia. 1992, Undang-undang No. 24 Tahun 1992 tentang penataan Ruang : Jakarta
Sandy, I Made. 1985, Republik Indonesia Geografi Regional, Buku Teks : Jurusan Geografi FMIPA Universitas Indonesia, Jakarta.